BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Sejarah Kawasan Kampung Luar Batang
Kampung
Luar Batang adalah kampung nelayan yang termasuk dalam Kelurahan Penjaringan,
Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Kawasan ini sebenarnya menjadi kawasan
salah satu dari 12 Jalur Destinasi Wisata Pesisir di Jakarta Utara. Letak
Kampung Kramat Luar Batang dekat dengan pantai laut Jawa sehingga banyak
mempengaruhi iklim dan lingkungan hidup masyarakatnya. Dulu keadaan alam
kampung ini masih berupa empang-empang dan lautan semak yang berawa-rawa.
Rawa-rawa ini kemudian ditimbun untuk dijadikan tempat tinggal penduduk.
Tanah
terbentuk dari endapan lumpur di muara sungai sehingga tidak padat. Air
tanahnya mengandung garam sehingga tidak bisa digunakan untuk air minum.
Penduduk
kampung terdiri dari orang asli Betawi dan pendatang dari Jawa Barat, Madura,
Jawa Tengah, Bugis, dan Makasar. Para pendatang dari Sulawesi Selatan umumnya
bekerja di bidang perkayuan. Sedang yang dari Jawa, Madura, Sunda, dan Betawi
kebanyakan menjadi buruh pelabuhan atau industri.
Kampung yang terletak di Kelurahan
Penjaringan ini merupakan pemukiman tertua di Jakarta. Diperkirakan, pemukiman
ini mulai dibangun pada tahun 1630-an.Kampung ini boleh dikatakan sudah dikenal
sejak ratusan tahun lalu. Kampung nelayan yang termasuk
dalam Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Ada dua
pendapat mengenai asal usul kampung, yang pertama menyebutkan bahwa
wilayah Luar Batang berada di luar batas pemisah berupa batang kayu
yang dibuat Belanda di muara Sungai Ciliwung. Patek.ini dibuat untuk
mernisahkan kegiatan perdagangan Belanda di Pelabuhan Sunda Kelapa
dengan para nelayan. Perahu nelayan harus berlabuh di luar batang
kayu, di sebelah barat sehingga daerah ini kemudian dinamakan Luar Batang.
Pendapat kedua, berawal dari makam AI Habib Husein bin Abubakar
Alaydrus. Saat akan dimakarnkan di pemakaman pemerintah di
Tanah Abang (Taman Prasasti), sesuai kehendak Belanda, temyata
jenazahnya sudah tidak ada di tempat usungan yang berupa
kurun batang.
Sejarah Kampung
Luar Batang sendiri berawal sejak masa pemerintahan Belanda pada abad ke-18.
Kampung yang berada di luar kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa ini dibatasi pemerintah
dengan batang pohon. Kawasan di luar batas ini menjadi tanda untuk warga harus
membayar retribusi bila memasuki pelabuhan. Lokasi di luar batas batang pohon
tersebut selanjutnya disebut Kampung Luar Batang.Lokasi pemukiman Luar Batang
dulunya merupakan rawa-rawa. Lama kelamaan rawa-rawa itu tertimbun lumpur dari
kali Ciliwung, terutama setelah dibangunnya Kampung Muara Baru, yang kini juga
merupakan kawasan kumuh di dekat Luar batang.
|
Sumber
: http://www.tandapagar.com/sejarah-panjang-kampung-luar-batang-yang-ikut-tergusur/
|
Sejak masa VOC, pihak penguasa sering mendatangkan
tenaga kerja guna membangun pelabuhan dan kastil Batavia. Para pekerja di
lokasi itu berdatangkan dari berbagai daerah. Mereka juga ditempatkan di
Kampung Luar Batang. Jadi, kekumuhan pemukiman tertua di Jakarta yang luasnya
16,5 hektar itu sudah berlangsung sejak awal masa VOC. Pasar yang ada kala itu
dan kini dikenal dengan nama Pasar Ikan baru dibangun pada tahun 1846. Lokasi
Pasar Ikan ini dulunya merupakan laut.
Ketika aktivitas utama pelabuhan Sunda
Kelapa akibat pengdangkalan dialihkan ke Tanjung Priok (1886), lokasi sekitar
pemukiman Luar Batang tetap padat. Hal ini dikarenakan aktivitas perahu dan
pelabuhan Pasar Ikan (Sunda Kelapa) tetap berjalan. Saat ini, Kampung Luar
Batang penduduknya sangat padat karena lokasinya berdekatan dengan berbagai pusat
akivitas. Kondisinya semakin kumuh ketika urbanisasi besar-besaran terjadi pada
1950-1960, akibat terganggunya keamanan. Dalam periode itu terjadi beberapa
pemberontakan seperti DI/TII dan Kahar Muzakar.
Letak Kampung Kramat Luar Batang dekat dengan pantai laut
Jawa sehingga banyak mempengaruhi iklim dan lingkungan hidup masyarakatnya.
Dulu keadaan alam kampung ini masih berupa empang-empang dan lautan semak yang
berawa-rawa. Rawa-rawa ini kemudian ditimbun untuk dijadikan tempat tinggal
penduduk. Tanah terbentuk dari endapan lumpur di muara sungai sehingga tidak
padat. Air tanahnya mengandung garam sehingga tidak bisa digunakan untuk air
minum. Penduduk kampung terdiri dari orang asli Betawi dan pendatang dari Jawa
Barat, Madura, Jawa Tengah, Bugis, dan Makasar. Para pendatang dari Sulawesi
Selatan umumnya bekerja di bidang perkayuan. Sedang yang dari Jawa, Madura,
Sunda, dan Betawi kebanyakan menjadi buruh pelabuhan atau industri.
BAB
II
UPAYA
PELESTARIAN KAMPUNG LUAR BATANG
2.1
Tindakan Pelestarian
Berdasarkan
hasil penelusuran dan pengamatan kawasan Jakarta utara memiliki banyak nilai
sejarah historial hingga arsitektural. Hai ini bisa dijadikan suatu nilai
tambah khususnya dibidang pariwisata. Maka dari itu pemerintah kota
administrasi Jakarta utara bekerja sama dengan dinas pariwisata bekerjasama
membuat kawasan pelestarian cagar budaya, yaitu kawasan sejarah kota tua. Untuk
itu kawasan dan tempat tempat tersebut mendapat perhatian lebih dari
pemerintah.
2.2. Konservasi
Konservasi
adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang
dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap
komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan.
Namun
menurut Adishakti (2007) istilah konservasi yang biasa digunakan para arsitek
mengacu pada Piagam dari International Council of Monuments and Site
(ICOMOS) tahun 1981, yaitu Charter for the Conservation of Places of
Cultural Significance, Burra, Australia, yang lebih dikenal dengan Burra Charter.
Disini
dinyatakan bahwa konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai
dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi
adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna
kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Kegiatan
konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan
situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut.
Suatu
program konservasi sedapat mungkin tidak hanya dipertahankan keasliannya dan
perawatannya namun tidak mendatangkan nilai ekonomi atau manfaat lain bagi
pemilik atau masyarakat luas. Dalam hal ini peran arsitek sangat penting
dalam menentukan fungsi yang sesuai karena tidak semua fungsi dapat dimasukkan.
Kegiatan yang dilakukan ini membutuhkan upaya lintas sektoral, multi dimensi
dan disiplin, serta berkelanjutan.
Tujuan
dari kegiatan konservasi, antara lain :
a. Memelihara
dan melindungi tempat-tempat yang indah dan berharga, agar tidak hancur atau
berubah sampai batas-batas yang wajar.
b. Menekankan
pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan
menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama
dengan fungsi baru yang dibutuhkan.
c.
Melindungi benda-benda cagar budaya yang dilakukan secara langsung dengan
cara membersihkan, memelihara, memperbaiki, baik secara fisik maupun khemis
secara langsung dari pengaruh berbagai faktor lingkungan yang merusak.
d.
Melindungi benda-benda (dalam hal ini benda-benda peninggalan sejarah dan
purbakala) dari kerusakan yang diakibatkan oleh alam, kimiawi dan mikro
organisme.
2.3
Pengertian Kampung
Berdasarkan
beberapa kajian mengenai kampung disamping memiliki beberapa kesamaan mengenai
kondisi kampung dimana kampung selalu berkembang secara tidak terencana. Bahkan
berkembangnnya kampung di kota bertujuan sebagai “wadah” adaptasi bagi
masyarakat desa yang tinggal di kota dengan segala macam ritual dan budaya yang
masih dipegang teguh dari nenek moyangnya masing-masing. Keberadaan
kampung di perkotaan yang cenderung dekat dengan berbagai pusat kegiatan
ditinjau dari keberadaan (legalitas) terdapat dualisme yaitu kampung yang
berkembang tidak sesuai dengan peruntukannya dan kampung yang berkembang sesuai
dengan peruntukan tata ruang kota. Kampung yang berkembang sesuai dengan
tata ruang kota dan sah legalitasnya menjadi salah satu elemen perkotaan yang
berperan sebagai penyedia pemukiman bagi berbagai lapisan masyarakat karena
adanya pengaruh globalisasi.
2.4
Teori Pelestarian Kampung Luar Batang
Teori pelestarian kampung luar batang
yaitu menggunakan konsep pengembangan revitalisasi. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan
kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Sebenarnya revitalisasi
berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital. Sedangkan kata vital
mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan dan
sebagainya). Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi bisa berarti proses,
cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai
program kegiatan apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan
kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini secara umum adalah
usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali.
Revitalisasi termasuk di dalamnya
adalah konservasi-preservasi merupakan bagian dari upaya perancangan kota untuk
mempertahankan warisan fisik budaya masa lampau yang memiliki nilai sejarah dan
estetika-arsitektural. Atau tepatnya merupakan upaya pelestarian lingkungan
binaan agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan mencegah terjadinya proses
kerusakan.Tergantung dari kondisi lingkungan binaan yang akan dilestarikan,
maka upaya ini biasanya disertai pula dengan upaya restorasi, rehabilitasi
dan/atau rekonstruksi.Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan
kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan
tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Selain itu, revitalisasi adalah
kegiatan memodifikasi suatu lingkungan atau benda cagar-budaya untuk pemakaian
baru. Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk
juga ruang-ruang publik) kota, namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu,
tetap diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic
revitalization) yang merujuk kepada aspek sosial-budaya serta aspek lingkungan
(environmental objectives). Hal ini mutlak diperlukan karena melalui
pemanfaatan yang produktif, diharapkan akan terbentuklah sebuah mekanisme
perawatan dan kontrol yang langgeng terhadap keberadaan fasilitas dan
infrastruktur kota.
Revitalisasi pada Kampung Luar Batang
yaitu wisata bahari diarahkan sebagai kawasan dengan wisata rohani dan
penunjang di sekitar Mesjid Luar Batang. Adanya revitatalisasi tersebut
sehingga Masjid Luar Batang merupakan landmark pada kawasan Kampung Luar
Batang.
Pada gambar dibawah merupakan bentuk
gerbang Masjid Luar Batang di tahun 1916. Tampak pada bagian depan terdapat
beberapa simbol yang berkaitan dengan Islam seperti bulan sabit dan bintang.
Selain itu tampak pada sebelah kanan dan kiri terdapat tulisan arab gundul
berupa “Masjid Keramat”
Sumber
: https://www.google.com/search?q=masjid+luar+batang
|
Pada tahun 1990-an bentuk gerbang telah
dirubah secara drastis pada saat renovasi masjid secara total pada tahun
1950-an. Bentuk interior masjid, sebelum mengalami renovasi pada tahun 1950-an
tidak terdokumentasikan secara rinci. Namun jika dilihat berdasarkan gambar
disamping tampak hasil renovasi masjid, dimana terdapat perubahan over-hang
(sosoran) yang terbuat dari plat.
· Bentuk
perubahan lain yang tampak nyata adalah ornamen Islami yang dibuat tampak lebih
nyata berupa kaligrafi dengan lafadz “Sabillah Alaudrus” dalam tulisan Arab.
Pada tahun 2005, terjadi renovasi dan
pembangunan ulang kembali keseluruhan komplek masjid. Akibat dengan adanya
pembangunan secara total tersebut, maka bentuk dari gerbang masjid kembali
berubah, namun perubahan tidak terlalu signifikan seperti sebelumnya, perubahan
mencakup bentuk kaligrafi dan warna.
BAB
III
GAMBARAN
KAWASAN
Di belakang Gedung Museum Bahari, jalan Pasar Ikan sebuah kawasan kota
tua di Jakarta utara, terletak Kampung Luar Batang. Kampung yang terletak di
Kelurahan Penjaringan ini merupakan pemukiman tertua di Jakarta. Diperkirakan,
pemukiman ini mulai dibangun pada tahun 1630-an. Kampung ini boleh dikatakan
sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu.
Kampung
Luar Batang berdekatan dengan pantai dan beberapa pemukiman menengah atas
seperti Pluit, Pemukiman Terpadu Pantai Mutiara dan Muara Angke Sebagai pusat
bermukimnya masyarakat golongan menengah kebawah mayoritas penduduknya bekerja
di sektor informal dengan bidang usaha perdagangan Pada tahun 1970-an
kampung ini terkena program KIP-MHT, dimana dengan adanya program ini maka
kampung menjadi lebih terbuka dengan kawasan sekitarnya
Kampung
Luar Batang menjadi semakin memposisikan diri sebagai pusat penyedia rumah
tinggal yang murah
Akulturasi
Pemakaman
•
Pemakaman dalam Islam memiliki aturannya sendiri terutama yang berkaitan dengan
posisi makam, bagian kepala dan kaki, serta bahkan bentuk pemakaman
•
Kreasi-kreasi lewat ukiran, atau lukisan pada bagian-bagian batu nisan,
cungkup, gapura Makam-makam yang dianggap keramat ditempatkan dipemakaman
khusus.
3.1 Rumah Penduduk
Pada
Kampung Luar Batang ini kebanyak rumah penduduk yaitu rumah adat betawi yang
khas dengan list planknya yaitu disebut "Gigi Balang"
Sumber : www.pinterest.com
|
3.2 Kawasan Kampung Luar
Batang
Pada
Kawasan Kampung Luar Batang ini banayk ditempat oleh para nelayan, karena
daerah ini merupak daerah pelabuhan. Perahuu tersebut dapat berfungsi sebagai
transportasi dan juga mengangkut para turis yang datang.
3.3 Analisis place
theory pada Kampung Luar Batang
Berdasarkan teori Place juga didapatkan penekanan
adanya suatu makna dari tempat di lokasi sebuah kota (Zhand dalam Trancik,
1986) – Berdasarkan teori Punter (1991) ada tiga unsur pembentuk place yaitu
physical setting, activities, dan meaning
Physical
setting: Landmark berupa masjid Luar Batang cenderung bersifat fleksibel dan
mengikuti perkembangan jaman meskipun secara fisik bangunannya telah mengalami
perubahan. Aktifitas penggunaan dari Masjid Luar Batang cenderung semakin
meningkat dikarenakan masjid ini memiliki nilai ke sakralan yang tinggi
Activities:
Gambaran tingkah laku pemakai dan fungsi tempat tersebut dan cenderung
berkembang seusai dengan perkembangan waktu è perayaan Maulid Nabi,
Idul Fitri dan Idul Adha, pedagang kaki lima dan sebagai pengemis
Meaning:
Pola pikir dimana almarhum Habib Hussein bin Abubakar Alaydrus merupakan orang
yang sakti dan memiliki beberapa karomah, bahkan walau hanya berjiarah
kemakamnya maka hajat/keinginnya dapat terkabul