Selasa, 30 Agustus 2016

Tugas Konservasi Arsitektur Kampung Luar Batang



BAB I

PENDAHULUAN



1.1 Sejarah Kawasan Kampung Luar Batang



Kampung Luar Batang adalah kampung nelayan yang termasuk dalam Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Kawasan ini sebenarnya menjadi kawasan salah satu dari 12 Jalur Destinasi Wisata Pesisir di Jakarta Utara. Letak Kampung Kramat Luar Batang dekat dengan pantai laut Jawa sehingga banyak mempengaruhi iklim dan lingkungan hidup masyarakatnya. Dulu keadaan alam kampung ini masih berupa empang-empang dan lautan semak yang berawa-rawa. Rawa-rawa ini kemudian ditimbun untuk dijadikan tempat tinggal penduduk.

Tanah terbentuk dari endapan lumpur di muara sungai sehingga tidak padat. Air tanahnya mengandung garam sehingga tidak bisa digunakan untuk air minum.

Penduduk kampung terdiri dari orang asli Betawi dan pendatang dari Jawa Barat, Madura, Jawa Tengah, Bugis, dan Makasar. Para pendatang dari Sulawesi Selatan umumnya bekerja di bidang perkayuan. Sedang yang dari Jawa, Madura, Sunda, dan Betawi kebanyakan menjadi buruh pelabuhan atau industri.

Kampung yang terletak di Kelurahan Penjaringan ini merupakan pemukiman tertua di Jakarta. Diperkirakan, pemukiman ini mulai dibangun pada tahun 1630-an.Kampung ini boleh dikatakan sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Kampung nelayan yang termasuk dalam Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Ada dua pendapat mengenai asal usul kampung, yang pertama menyebutkan bahwa wilayah Luar Batang berada di luar batas pemisah berupa batang kayu yang dibuat Belanda di muara Sungai Ciliwung. Patek.ini dibuat untuk mernisahkan kegiatan perdagangan Belanda di Pelabuhan Sunda Kelapa dengan para nelayan. Perahu nelayan harus berlabuh di luar batang kayu, di sebelah barat sehingga daerah ini kemudian dinamakan Luar Batang. Pendapat kedua, berawal dari makam AI Habib Husein bin Abubakar Alaydrus. Saat akan dimakarnkan di pemakaman pemerintah di Tanah Abang (Taman Prasasti), sesuai kehendak Belanda, temyata jenazahnya sudah tidak ada di tempat usungan yang berupa kurun batang.

         Sejarah Kampung Luar Batang sendiri berawal sejak masa pemerintahan Belanda pada abad ke-18. Kampung yang berada di luar kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa ini dibatasi pemerintah dengan batang pohon. Kawasan di luar batas ini menjadi tanda untuk warga harus membayar retribusi bila memasuki pelabuhan. Lokasi di luar batas batang pohon tersebut selanjutnya disebut Kampung Luar Batang.Lokasi pemukiman Luar Batang dulunya merupakan rawa-rawa. Lama kelamaan rawa-rawa itu tertimbun lumpur dari kali Ciliwung, terutama setelah dibangunnya Kampung Muara Baru, yang kini juga merupakan kawasan kumuh di dekat Luar batang.



Sumber : http://www.tandapagar.com/sejarah-panjang-kampung-luar-batang-yang-ikut-tergusur/

          Sejak masa VOC, pihak penguasa sering mendatangkan tenaga kerja guna membangun pelabuhan dan kastil Batavia. Para pekerja di lokasi itu berdatangkan dari berbagai daerah. Mereka juga ditempatkan di Kampung Luar Batang. Jadi, kekumuhan pemukiman tertua di Jakarta yang luasnya 16,5 hektar itu sudah berlangsung sejak awal masa VOC. Pasar yang ada kala itu dan kini dikenal dengan nama Pasar Ikan baru dibangun pada tahun 1846. Lokasi Pasar Ikan ini dulunya merupakan laut.

Ketika aktivitas utama pelabuhan Sunda Kelapa akibat pengdangkalan dialihkan ke Tanjung Priok (1886), lokasi sekitar pemukiman Luar Batang tetap padat. Hal ini dikarenakan aktivitas perahu dan pelabuhan Pasar Ikan (Sunda Kelapa) tetap berjalan. Saat ini, Kampung Luar Batang penduduknya sangat padat karena lokasinya berdekatan dengan berbagai pusat akivitas. Kondisinya semakin kumuh ketika urbanisasi besar-besaran terjadi pada 1950-1960, akibat terganggunya keamanan. Dalam periode itu terjadi beberapa pemberontakan seperti DI/TII dan Kahar Muzakar.

      Letak Kampung Kramat Luar Batang dekat dengan pantai laut Jawa sehingga banyak mempengaruhi iklim dan lingkungan hidup masyarakatnya. Dulu keadaan alam kampung ini masih berupa empang-empang dan lautan semak yang berawa-rawa. Rawa-rawa ini kemudian ditimbun untuk dijadikan tempat tinggal penduduk. Tanah terbentuk dari endapan lumpur di muara sungai sehingga tidak padat. Air tanahnya mengandung garam sehingga tidak bisa digunakan untuk air minum. Penduduk kampung terdiri dari orang asli Betawi dan pendatang dari Jawa Barat, Madura, Jawa Tengah, Bugis, dan Makasar. Para pendatang dari Sulawesi Selatan umumnya bekerja di bidang perkayuan. Sedang yang dari Jawa, Madura, Sunda, dan Betawi kebanyakan menjadi buruh pelabuhan atau industri. 









BAB II

UPAYA PELESTARIAN KAMPUNG LUAR BATANG



2.1 Tindakan Pelestarian

Berdasarkan hasil penelusuran dan pengamatan kawasan Jakarta utara memiliki banyak nilai sejarah historial hingga arsitektural. Hai ini bisa dijadikan suatu nilai tambah khususnya dibidang pariwisata. Maka dari itu pemerintah kota administrasi Jakarta utara bekerja sama dengan dinas pariwisata bekerjasama membuat kawasan pelestarian cagar budaya, yaitu kawasan sejarah kota tua. Untuk itu kawasan dan tempat  tempat tersebut mendapat perhatian lebih dari pemerintah.


2.2. Konservasi 

Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan.

Namun menurut Adishakti (2007) istilah konservasi yang biasa digunakan para arsitek mengacu pada Piagam dari International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981, yaitu Charter for the Conservation of Places of Cultural Significance, Burra, Australia, yang lebih dikenal dengan Burra Charter.

Disini dinyatakan bahwa konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut.

Suatu program konservasi sedapat mungkin tidak hanya dipertahankan keasliannya dan perawatannya namun tidak mendatangkan nilai ekonomi atau manfaat lain bagi pemilik atau masyarakat luas. Dalam hal ini peran arsitek sangat penting dalam menentukan fungsi yang sesuai karena tidak semua fungsi dapat dimasukkan. Kegiatan yang dilakukan ini membutuhkan upaya lintas sektoral, multi dimensi dan disiplin, serta berkelanjutan.

Tujuan dari kegiatan konservasi, antara lain :

a. Memelihara dan melindungi tempat-tempat yang indah dan berharga, agar tidak hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar.

b. Menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan.

c. Melindungi benda-benda cagar budaya yang dilakukan secara langsung dengan cara membersihkan, memelihara, memperbaiki, baik secara fisik maupun khemis secara langsung dari pengaruh berbagai faktor lingkungan yang merusak.

d. Melindungi benda-benda (dalam hal ini benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala) dari kerusakan yang diakibatkan oleh alam, kimiawi dan mikro organisme.

2.3 Pengertian Kampung

Berdasarkan beberapa kajian mengenai kampung disamping memiliki beberapa kesamaan mengenai kondisi kampung dimana kampung selalu berkembang secara tidak terencana. Bahkan berkembangnnya kampung di kota bertujuan sebagai “wadah” adaptasi bagi masyarakat desa yang tinggal di kota dengan segala macam ritual dan budaya yang masih dipegang teguh dari nenek moyangnya masing-masing.   Keberadaan kampung di perkotaan yang cenderung dekat dengan berbagai pusat kegiatan ditinjau dari keberadaan (legalitas) terdapat dualisme yaitu kampung yang berkembang tidak sesuai dengan peruntukannya dan kampung yang berkembang sesuai dengan peruntukan tata ruang  kota. Kampung yang berkembang sesuai dengan tata ruang kota dan sah legalitasnya menjadi salah satu elemen perkotaan yang berperan sebagai penyedia pemukiman bagi berbagai lapisan masyarakat karena adanya pengaruh globalisasi.



2.4 Teori Pelestarian Kampung Luar Batang

Teori pelestarian kampung luar batang yaitu menggunakan konsep pengembangan revitalisasi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Sebenarnya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital. Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan dan sebagainya). Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi bisa berarti proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali.

Revitalisasi termasuk di dalamnya adalah konservasi-preservasi merupakan bagian dari upaya perancangan kota untuk mempertahankan warisan fisik budaya masa lampau yang memiliki nilai sejarah dan estetika-arsitektural. Atau tepatnya merupakan upaya pelestarian lingkungan binaan agar tetap pada kondisi aslinya yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakan.Tergantung dari kondisi lingkungan binaan yang akan dilestarikan, maka upaya ini biasanya disertai pula dengan upaya restorasi, rehabilitasi dan/atau rekonstruksi.Jadi, revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Selain itu, revitalisasi adalah kegiatan memodifikasi suatu lingkungan atau benda cagar-budaya untuk pemakaian baru. Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk juga ruang-ruang publik) kota, namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu, tetap diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization) yang merujuk kepada aspek sosial-budaya serta aspek lingkungan (environmental objectives). Hal ini mutlak diperlukan karena melalui pemanfaatan yang produktif, diharapkan akan terbentuklah sebuah mekanisme perawatan dan kontrol yang langgeng terhadap keberadaan fasilitas dan infrastruktur kota.

Revitalisasi pada Kampung Luar Batang yaitu wisata bahari diarahkan sebagai kawasan dengan wisata rohani dan penunjang di sekitar Mesjid Luar Batang. Adanya revitatalisasi tersebut sehingga Masjid Luar Batang merupakan landmark pada kawasan Kampung Luar Batang.

Pada gambar dibawah merupakan bentuk gerbang Masjid Luar Batang di tahun 1916. Tampak pada bagian depan terdapat beberapa simbol yang berkaitan dengan Islam seperti bulan sabit dan bintang. Selain itu tampak pada sebelah kanan dan kiri terdapat tulisan arab gundul berupa “Masjid Keramat”






Sumber : https://www.google.com/search?q=masjid+luar+batang

Pada tahun 1990-an bentuk gerbang telah dirubah secara drastis pada saat renovasi masjid secara total pada tahun 1950-an. Bentuk interior masjid, sebelum mengalami renovasi pada tahun 1950-an tidak terdokumentasikan secara rinci. Namun jika dilihat berdasarkan gambar disamping tampak hasil renovasi masjid, dimana terdapat perubahan over-hang (sosoran) yang terbuat dari plat.



· Bentuk perubahan lain yang tampak nyata adalah ornamen Islami yang dibuat tampak lebih nyata berupa kaligrafi dengan lafadz “Sabillah Alaudrus” dalam tulisan Arab.

Pada tahun 2005, terjadi renovasi dan pembangunan ulang kembali keseluruhan komplek masjid. Akibat dengan adanya pembangunan secara total tersebut, maka bentuk dari gerbang masjid kembali berubah, namun perubahan tidak terlalu signifikan seperti sebelumnya, perubahan mencakup bentuk kaligrafi dan warna.



BAB III

GAMBARAN KAWASAN



    Di belakang Gedung Museum Bahari, jalan Pasar Ikan sebuah kawasan kota tua di Jakarta utara, terletak Kampung Luar Batang. Kampung yang terletak di Kelurahan Penjaringan ini merupakan pemukiman tertua di Jakarta. Diperkirakan, pemukiman ini mulai dibangun pada tahun 1630-an. Kampung ini boleh dikatakan sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu.

Kampung Luar Batang berdekatan dengan pantai dan beberapa pemukiman menengah atas seperti Pluit, Pemukiman Terpadu Pantai Mutiara dan Muara Angke  Sebagai pusat bermukimnya masyarakat golongan menengah kebawah mayoritas penduduknya bekerja di sektor informal dengan bidang usaha perdagangan  Pada tahun 1970-an kampung ini terkena program KIP-MHT, dimana dengan adanya program ini maka kampung menjadi lebih terbuka dengan kawasan sekitarnya 

Kampung Luar Batang menjadi semakin memposisikan diri sebagai pusat penyedia rumah tinggal yang murah 







Akulturasi Pemakaman



• Pemakaman dalam Islam memiliki aturannya sendiri terutama yang berkaitan dengan posisi makam, bagian kepala dan kaki, serta bahkan bentuk pemakaman

• Kreasi-kreasi lewat ukiran, atau lukisan pada bagian-bagian batu nisan, cungkup, gapura Makam-makam yang dianggap keramat ditempatkan dipemakaman khusus. 

3.1 Rumah Penduduk

Pada Kampung Luar Batang ini kebanyak rumah penduduk yaitu rumah adat betawi yang khas dengan list planknya yaitu disebut "Gigi Balang"










3.2 Kawasan Kampung Luar Batang

Pada Kawasan Kampung Luar Batang ini banayk ditempat oleh para nelayan, karena daerah ini merupak daerah pelabuhan. Perahuu tersebut dapat berfungsi sebagai transportasi dan juga mengangkut para turis yang datang.

3.3 Analisis place theory pada Kampung Luar Batang 

           Berdasarkan teori Place juga didapatkan penekanan adanya suatu makna dari tempat di lokasi sebuah kota (Zhand dalam Trancik, 1986) – Berdasarkan teori Punter (1991) ada tiga unsur pembentuk place yaitu physical setting, activities, dan  meaning 

Physical setting: Landmark berupa masjid Luar Batang cenderung bersifat fleksibel dan mengikuti perkembangan jaman meskipun secara fisik bangunannya telah mengalami perubahan. Aktifitas penggunaan dari Masjid Luar Batang cenderung semakin meningkat dikarenakan masjid ini memiliki nilai ke sakralan yang tinggi

Activities: Gambaran tingkah laku pemakai dan fungsi tempat tersebut dan cenderung berkembang seusai dengan perkembangan waktu รจ perayaan Maulid Nabi, Idul Fitri dan Idul Adha, pedagang kaki lima dan sebagai pengemis 

Meaning: Pola pikir dimana almarhum Habib Hussein bin Abubakar Alaydrus merupakan orang yang sakti dan memiliki beberapa karomah, bahkan walau hanya berjiarah kemakamnya maka hajat/keinginnya dapat terkabul  




BAB IV

USULAN DAN PELESTARIAN KAWASAN



4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari kawasan Kampung Luar Batang ini yaitu :

Kampung Luar Batang merupakan area yang syarat akan nilai sejarah yang tinggi serta memiliki nilai historical yang mendukung untuk di jadikan sebagai kawasan wisata selain itu lokasinyapun cukup strategis karena dilewati oleh Jalan Gedong Panjang yang menjadi jalan penghubung antara kawasan perindustrian Pluit-Bandara Soekarno Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priuk, 

Sebagai tempat yang strategis Kampung Luar Batang seperti “dikepung” oleh kebijakan pengembangan kawasan, reklamasi Perumahan Pantai Mutiara. Dasar reklamasi ini telah ada sejak tahun 1995 dimana pada saat itu dikenal dengan Jakarta Waterfront Development Program, 

Selain karena perkampungan di tengah kawasan pusat perekonomian, Kampung Luar Batang juga memiliki landmark yaitu Masjid Keramat Luar Batang. Masjid yang telah ada sejak abad ke XVII, tapi sebagai benda cagar budaya, masjid ini telah mengalami perubahan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan bangunan aslinya pada tahun 1916.



4.2 Permasalahan

Sistem drainase dan juga jumlah serta besarannya yang tidak memadai membuat kawasan ini sering tergenang air selain itu yang menjadi permasalahan utama pada kampung ini adalah kondisi geografis dari kampung ini yang terletak dibawah permukaan laut yang menyebabkan pada waktu-waktu tertentu kampung ini terendam banjir. Sejak dahulu kampung ini selalu terendam banjir, hanya saja intensitas serta lama banjir cukup singkat. Namun saat ini banjir di Kampung Luar Batang semakin sering dan beralngsung dalam waktu yang cukup lama.

Kampung Luar Batang sebagai salah satu basis penyedia pemukiman di kawasan Penjaringan, secara internal memiliki faktor bangkitan dan tarikan alami. Dengan adanya Masjid Keramat Luar Batang sebagai pusat kegiatan di kampung ini maka banyak kegiatan perdagangan yang terfokus pada kawasan masjid dan sekitarnya. Hal ini sama seperti ditempat lain dimana terdapat interest place maka masyarakat akan berusaha mengambil keuntungan secara tidak langsung,

Jika dikaji dalam teori linkage, maka kampung ini secara tidak langsung terhubung dengan sistem lalu lintas Tol Pelabuhan-Bandara Soekarno-Hatta, cukup dekat dengan pusat pelelangan ikan dan pasar ikan Muara Baru.     
               

4.3 Usulan dan Saran

Berikut Usulan dan saran untuk penanganan kawasan Kampung Luar Batang :

1. Perbaikan Sistem Drainase baik dari kualitas serta kuantitas , sistem drainase pada kampung Luar Batang perlu di rawat agar tidak sering terjadinya banjir serta di perbaiki baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya, warga atau pengunjung yang berada pada kawasan Kampung Luar Batang juga harus di bimbing untuk menumbuhkan perlaku baik untuk tidak membuang sampah sembarangan.

 Perbanyak Tempat pembuangan Sampah agar masyarakat dan para pendatang membuang sampah tidak sembarangan. Apabila melanggar maka perlu tindakan tegas untuk memberi efek jera.

2. Penataan serta penertiban pembangunan kawasan di sesuaikan dengan peruntukan yang telah di tetapkan oleh undang - undang, karena kawasan kampung Luar Batang memiliki intensitas kepadatan wilayah yang tinggi sehingga perlu penngann khusus agar tidak menimbulkan masalah-masalah baru.

3. Penertiban pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar kawasan agar tidak menimbulkan titik kepadatan yang dapat mengganggu sirkulasi, serta limbah yang di hasilkan para pedagang harus di tangani secara benar agar tidak menjadi sampah yang berserakan.

4. Penataan sirkulasi serta posisi lahan parkir di perbaiki karena di rasa kurang nyaman dan masi berpotensi bisa lebih baik bila di atur.







Sumber :

https:// www.tandapagar.com

https://ginadamar.wordpress.com/2016/08/

http://nisa-arsitek.blogspot.co.id/2015/04/kawasan-kampung-luar-batang.html (Special Thanks to this blog)

http://id.wikipedia.org/wiki/Penjaringan,_Jakarta_Utara

http://soulofjakarta.com/index.php?modul=sejarah-kampung-luar-batang-jakarta-utara.html&id=MTIxMw==&kat=4

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/1505/Kramat-Luar-Batang-Kampung

http://himpunan-aidid.org/?load=baca_artikel.php&bid=14

http://faisridho7.blogspot.co.id/2016/06/tugas-konservasi-arsitektur.html


1 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus